Pages

Senin, 08 Februari 2016

Tentang Kita

Aku adalah ia yang pernah kamu sebut cinta. Tetapi sudah dengan mudah terhapus selamanya.
Kamu adalah ia yang hingga kini masih menguasai segala rasa dalam setiap degup dalam dada.
Pun setiap desau nafasku masih menghela satu nama yang sama.

Aku adalah ia yang pernah kamu sebut bahagia. Tetapi makian mu berkata aku yang menoreh sedalamnya luka.
Kamu adalah ia yang air matanya ibarat torehan di nadi yang membuatku mati. Terlebih ketika kamu terurai isak ketika beranjak pergi.

Aku adalah ia yang pernah selalu kau perhatikan. Hingga kini menjadi orang pertama yang ingin kau abaikan.
Kamu adalah ia yang aku jaga dalam doa. Tuhan bersamamu. Malaikat menjagamu.

Aku adalah ia yang pernah kau tunggalkan pada sebuah janji selamanya. Yang malah menjadi ia yang kau tanggalkan sebatang kara.
Kamu adalah ia pada setiap rapal lirih segala elegi pun sajak tentang cinta.
Selamanya.





Senin, 11 Mei 2015

Akhir

Kamu tau sebuah awal dan sebuah akhir? Ya, kedua hal itu ada di dunia seperti bayi kembar siam. Menempel, melekat dengan kuatnya di geligi setiap cerita. Mendobrak masuk ke dalam roda kehidupan tanpa bisa dipisahkan. Kamu tau kenapa sebuah akhir selalu berada diujung? Agar ia bisa memaksamu mengingat bagaimana sebuah awal mengambil alih pikiranmu. Sedangkan awal tidak pernah memperkenalkan sebuah akhir.
Tidak ada satu hal pun yang abadi kecuali keabadian akan akhir. Dan tidak ada yang mampu memprediksikan sebuah akhir. Kamu hanya harus mempersiapkan dirimu sebaik mungkin jika suatu saat kamu sudah mendekatinya atau saat kamu sadar bahwa inilah saat yang paling tepat untuk mempersilahkan sebuah akhir untuk masuk.
Lalu bagaimana jika sebuah akhir mengetuk pintu kamarmu terlalu cepat? Bagaimana jika ia datang pada saat kamu masih setengah sadar, saat kamu masih memakai baju tidur sehabis beradu dengan mimpi?
***
Jika semua memiliki akhir seperti yang memang sudah seharusnya, lalu mengapa setiap orang harus bersusah payah memulai?
***
Matahari sudah hilang sempurna sejak setengah jam lalu. Deru lafal adzan sudah berhenti sejak tadi dan gerimis mulai mengambil alih setelah senja habis. Revi duduk bersandar ke dinding warna pastel pucat yang dikotori tulisan tangan seorang perempuan yang kini sedang duduk disampingnya, setahun lalu. Sedang perempuan berambut sebahu itu sibuk menjelajahi setiap jengkal ruangan dengan matanya yang bulat sambil bersandar di sebelah Revi. Ruangan berukuran 4x5 meter itu masih terlihat sama dengan terakhir kali dikunjunginya. Hanya sedikit lebih terlihat berantakan dengan kabel charger, kaset game, plastik bekas dan baju-baju kotor Revi yang hampir menutupi seluruh lantai ruangan.
Namanya Nadira. Dan ia tampaknya masih belum lelah melucuti udara lembab dalam kamar Revi.
 Actually, I got many things that I wanna ask to you.” Suara Nadira beradu dengan suara televisi yang dibiarkan menyala.
“Apa?” Revi mendelikkan matanya. Dia cukup tahu jika Nadira sudah berbicara dengan bahasa asing seperti itu, maka hanya ada dua kemungkinan. Perempuan itu sedang sangat serius atau kesal.
But….” Nadira mengehela nafas pelan, “I don’t know where I should start.”
Revi memandangnya dengan wajah datar, “Well, kamu punya waktu semalaman untuk kamu bertanya dan aku akan menjawabnya.”
Mata Nadira mencari-cari sesuatu di dalam mata Revi. Menatapnya dalam dan lekat, seolah Nadira dapat menempelkan korneanya di dalam mata Revi.
“Hmm..bahasa Indonesia saja, ya,” potong Revi saat Nadira sudah berancang-ancang akan mengeluarkan sebaris pertanyaan.
Bibir Nadira seketika mengunci dirinya dari kata-kata yang hampir terlotar. Senyum kesal terlihat jelas di wajahnya yang dulu pernah membuat Revi terobsesi.
“Hmm..bagaimana bisa kamu memulai sesuatu yang sudah pasti kamu tahu memiliki akhir?” ucapnya setelah beberapa belas detik terdiam dan melayangkan matanya kearah dinding.
“Bagaimana bisa kamu memutuskan untuk tetap memelihara seekor hewan peliharaan, contohnya ikan, kalau kamu tau suatu saat nanti ikan itu juga bakalan mati? Semua hal punya akhirnya masing-masing, Dir. Nggak terkecuali hubungan,” sahut Revi.
Dahi Nadira mengerut. “Kala­­­u semua memiliki akhir kayak yang memang sudah seharusnya, kenapa setiap orang harus bersusah payah memulai?”
“Karena kamu ingin.”
“Maksudmu?” Kerutan di dahi Nadira terlihat makin nampak. Dia terlalu tersesat dengan pikiran Revi. Pikirannya terlalu rumit, dan ada pelindung di setiap sisinya yang tidak satu orang pun termasuk dirinya, mampu­ menembusnya.
“Jadi begini, semua yang memiliki awal pasti memiliki akhir. Dan kalau kamu masih bertanya kenapa orang-orang susah payah memulai sesuatu yang pasti akan berakhir, itu karena mereka ingin…” Revi menghela napas, sedang matanya tetap lapang, dan bahunya naik turun sesaat. “Aku dan kamu menginginkan hubungan ini sementara kita berdua tahu ini pasti bakal ada akhirnya, bukan? Tapi kenapa kita tetap memulai dan melanjutkannya? Karena kita sama-sama ingin,” lanjutnya.
Nadira merapatkan bibirnya, lalu berdehem pelan.
“Dir, nggak ada keabadian yang absolut didalam setiap hal kecuali akhir yang pasti. Kapan bakal terjadinya itu cuma masalah waktu,” Revi melanjutkan kalimatnya.
Bibir Nadira makin mengatup, dibuangnya pandangan ke arah aquarium kecil milik Revi yang belum terisi apa-apa. Masih kosong, sekosong pikirannya kini, “lalu bagaimana kamu menikmati sesuatu yang kamu tau sudah pasti berakhir?”
Revi tersenyum, sedikit kecut.
“Begini aja, kamu ingat waktu kita menikmati film-film yang sudah kita tonton di bioskop? Film-film itu rata-rata cuma berdurasi dua jam, kan? Tapi kita menikmatinya, padahal kita tau film itu bakalan habis. Atau…do you ever enjoyed your time here?” Revi balik bertanya.
Every second of it.”
Itu artinya kamu menikmati kesempatanmu untuk berada disini walaupun kamu tau kamu akan kembali pulang, kan. Itu bukti kalau kamu bisa memprediksi akhir, bahkan bersiap. Akhir selalu sesederhana itu, Dir.”
 “Dan kamu sudah memperkirakan akhir dari ini?”
“Sudah dari awal kita memulainya. Tapi aku nggak tau kapan. Bisa tahun depan, semester depan, bulan depan, besok, atau saat pesawatmu sudah landing nanti.” Revi tersenyum lebar sementara Nadira menghujaninya dengan pukulan ringan di bahu Revi.
“Kamu menyebalkan, Rev.”
“Kalau aku nggak semenyebalkan ini, kamu pasti nggak mau memulainya denganku, bukan?”
Nadira ingin mendaratkan satu pukulan pelan lagi ke kepala Revi, tapi ia menahannya. Nadira yakin Revi tau bahwa terlalu banyak pertanyaan di kepalanya yang masih mengantri untuk dibebaskan.
“Kamu pernah optimis, Rev?”
“Pernah. Setiap kali kamu bilang kalau kamu menyayangiku, setiap kali kamu datang, setiap kali kamu bilang mau menunggu beberapa tahun, dan setiap kali aku tau kamu memperhatikanku diam-diam. Tapi akhir ada dimana-mana, Dir. Kayak hantu, kamu tau?”
“Ya, aku tau,” hanya itu yang bisa Nadira lontarkan. Ia menyerah. Isi kepala Revi memiliki pintu baja yang terlalu tebal, terlalu mustahil untuk dipecahkan angka kombinasinya ataupun didobrak paksa.
Revi memandang mata Nadira yang kini dipusatkan kearah matanya. Mata sayu yang tak pernah dilewatkan Nadira untuk dipandangi selama berjam-jam kala masih tertutup dan dinaungi mimpi.
“Are you about to let go of me now?”
“Maybe.”
Then tell me how can I letting you go, Rev.
“You’ll surprise when you finally can.”
Tak ada kata lagi yang dilontarkan Nadira untuk membuka semua jaring-jaring pikiran Revi. Tak ada lagi jawaban Revi atas pertanyaan-pertanyaan yang telah dipendam Nadira berminggu-minggu. Nadira hanya membenamkan kepalanya diantara leher dan bahu Revi, tempat favoritnya, sementara kepalanya masih berkecamuk dalam diam. Revi hanya menghela nafas pelan yang mengganjal kerongkongannya saat t-shirt putih dan bergambar graffiti berwarna hijau yang menempel pas di tubuhnya itu mulai terasa basah dibagian pundaknya.
***

Cinta Dengan Tanda Tanya



Udara Depok malam ini dingin. Biasanya tidak pernah sedingin ini. “Tumben”, pikirku. Pendingin ruangan sudah aku matikan sejak pagi. Bibir jendela kamar serasa sudah muak aku pandangi berjam-jam lamanya. Tidak, aku tidak melamun. Pikiranku hanya sedang buntu. Hingga saat ini, aku belum menemukan ujung maupun awalnya. Terlalu menggulung, kusut, rumit.
Masih jelas ingatan di benang-benang pikiranku, saat gadis berambut panjang pergi dari hadapanku dengan cermin air di matanya. Memori itu melekat seperti habis dioles dengan lem besi. Kuat.
Ah, bodoh.
Ku sulut satu batang berisi nikotin dan tar, kuhisap lalu kuhembuskan dalam-dalam.
***
Rara saat ini ada disampingku, memakai gaun berwarna pastel merah jambu dengan rambut gelombang berwarna ginger yang dibiarkan terurai. Dia cantik, sempurna, pikirku. Kedua tangannya saling mengait dan tatapannya lurus kedepan, khidmat memperhatikan pastur berbicara di depan altar. Tidak ada tempat yang lebih baik yang aku inginkan selain disamping perempuan yang sanggup membuat organ pemompa darah menjadi tak stabil. Aku sungguh menyukainya. Tidak, tergila-gila malah. Perlahan dia menoleh kearahku dan tersenyum bingung.
"Kenapa kamu merhatiin aku sebegitunya sih, pang?" tanyanya.
Aku menggeleng cepat, malu. Aku yakin di pipiku saat ini sedang ada semburat warna merah.
"Nggak apa-apa. Kamu cuma...cantik banget, Ra."
Rara tertawa kecil melihatku yang tiba-tiba canggung. Dia kembali membentangkan pandangannya ke depan sedangkan aku kembali menciptakan ilusi-ilusi dan pikiran di dunia egoku sendiri.
Satu persatu wujud seorang perempuan manis muncul dipikiranku, entah darimana. Awalnya samar, lalu makin jelas. Dia, Aura. Pelan-pelan pikiranku bergulat dengan perbandingan antara Aura dengan Rara. Mereka tidak jauh berbeda. Hanya saja,  semesta selalu bertindak di luar kendali manusia. Aku mencintai Aura. Aku mencintai Rara. Namun, apa yang aku tahu tentang cinta? Ya, cinta—perdebatan dari zaman Plato hingga kini yang tak pernah ada habisnya.
Ya, aku mencintai perempuan yang sedang berdoa di sampingku ini. Sementara di luar sana, ada perempuan yang memberikan segala cinta yang aku butuhkan. Namun, aku tak bisa memberikan apa yang ia butuhkan.
Ironis? Entahlah, tapi perasaan memang tidak pernah sederhana.
Aku kira aku cukup mengerti tentang gagasan cinta. Namun, setelahnya aku sadar bahwa aku hanyalah pura-pura mengerti untuk menyembunyikan ketidaktahuanku. Tapi jika cinta hanya berbatas tentang dua orang yang saling mencintai dan cinta mereka sama besarnya tanpa terhalang suatu apapun, maka itu bukan cinta. Itu hanya perasaan-perasaan temporer—tidak abadi—yang berlindung di balik sebuah idealisme akan sakit dan bahagia disaat yang bersamaan.
Cinta?
***
Menjadi bahagia itu sederhana. Sesederhana merelakan kalung kesayanganmu hilang ditelan lautan saat kau bermain dengan ombak.
Tidak ada pertaruhan tanpa resiko. Dan untuk jatuh cinta adalah pertaruhan yang paling agung.
Kata mereka, dalam hidup, kita harus bertemu dengan dua orang.
Pertama, orang yang kamu cintai tapi tidak mencintaimu. Namun, hal itu bukan berarti ada sesuatu yang salah padamu atau Tuhan sedang membuatkanmu skenario kejam. Kamu hanya sedang diberikan kesempatan untuk terlatih mengenal rasa sakit yang abstrak dan tajam, merelakan, lalu bangkit lagi.
Kedua, orang yang mencintaimu namun kamu tidak mencintainya. Darinya, kamu akan belajar bahwa dicintai sebanyak itu adalah anugerah. Dan bahwa merasa bahagia itu sederhana; merasa dihargai. Darinya, kamu akan belajar bahwa kamu tidak bisa memilih seseorang berdasarkan belas kasihan.
Sekarang, bayangkan kamu menjadi aku, mana yang akan kamu pilih? Membiarkan dirimu bersama orang yang mencintaimu namun kamu tidak bisa bahagia bersamanya, atau bersama dengan orang yang kamu cintai namun memberikanmu kebahagiaan tunggal?
Hidup kadang sederhana pula, pilihan-pilihannya lah yang membuatnya menjadi sulit. Dan saat ini aku hanya membiarkan diriku sendiri menjemput pahit dan getir kebimbangan.
Cinta? Cinta.

Selasa, 30 September 2014

Kekurangan dan Kelebihan LDR






"Nanti kalo kita ketemu, hal pertama yang mau aku lakuin adalah meluk kamu kenceng-kenceng ampe kamu cepirit."


Buat temen-temen yg pernah ngalamin LDR, pasti nggak asing sama kalimat di atas. Ya, gue sendiri juga lagi LDR-an. Meskipun berjalan tragis dan dramatis, tapi kami masih bertahan hampir 2 bulan, loh? hahaha! Dan ini hubungan pacaran LDR pertama kali yg gue alamin. Soalnya gue nggak pernah pacaran sama manusia sebelumnya. Terakhir gue nyoba macarin nyamuk betina, eh.. abis bertelor dia mati. Sedih deh.
 
Nah, dengan pengalaman LDR, gue jadi dapet buanyak pengetahuan tentang LDR. Dan berikut gue bakal nge-break down beberapa kekurangan dan kelebihan hubungan jarak jauh ini. Iya.. Yg gue bahas sekarang adalah "LDR = Long Distance Relationship" atau anak zaman sekarang biasa menyebutnya "LDR = Lelah Disakiti Rindu", bukan "LDR = Love in Different Religion".


So, langsung aja kita bahas yaaaa..
 
Kekurangan LDR:
 
- Susah Ketemuan
LDR emang identiknya di jarak. Kalo lo pacaran sama anak kampung sebelah, itu bukan LDR. Apalagi macarin mas-mas tukang ojek, itu namanya LDT (Love Demi Tebengan). IMHO, hubungan itu bisa disebut LDR kalo tempat tinggal si pacar itu beda kota/provinsi/negara. Di mana, buat ketemu aja, butuh waktu dan biaya yg nggak sedikit. Dengan keadaan ini, udah pasti pelaku LDR nggak bakal bisa ketemu sesering mereka yg punya hubungan yg 'wajar'.
 
Nah, karena hal ini lah, akhirnya pasangan LDR biasanya mengalami kesulitan di saat si pasangan lagi bener-bener membutuhkan. Contoh: Mau minta tolong buat beliin pembalut dan ngambilin rok baru pas si cewek 'tembus' di kantin sekolah dan gak berani berdiri karena malu.
 
Kalo udah kayak gitu, mau gak mau si cewek cuma bisa ngandelin siapa aja yg lagi ada di dekatnya. Masalahnya, kalo keadaan pas-lagi-dibutuhin-nggak-pernah-ada gini sering terjadi, lama-lama tuh cewek bakal mengalami gejolak dalam dirinya. Bakal ada semacam pertanyaan, "Kalo memilikimu pun tidak pernah bisa mengusir sepi, lalu untuk apa hubungan ini tetap dijalani?"
Hayoloh~
 
Tapi buat gue sebenernya dalam LDR itu, "JARAK" bukan diukur dari berapa meter jauhnya tempat tinggal si dia, tapi diukur dari seberapa gede niat buat ketemu dan bikin dia bahagia. ;)
 
- Sering Miskom 
Berhubungan dengan jarak lagi nih. Kurangnya intensitas pertemuan, menyebabkan pasangan LDR susah berkomunikasi. Karena komunikasi yg sebenarnya itu bukan hanya dari kata-kata atau tulisan tak bernada. Komunikasi yg sebenarnya itu melibatkan tatapan mata, sentuhan penuh makna, dan nada suara.
 
 
 
Tulisan, yg sering dipake di-chat oleh para pelaku LDR sangat mungkin menyebabkan miskomunikasi. Kenapa? Karena intonasi kalimat yg tertulis di chat-nya mengikuti mood si pembaca. Contohnya tulisan di chat gini:
 
"Kamu ke mana aja seharian?"
 
Kalo yg baca mood-nya lagi bagus, kalimat itu mungkin dibaca dengan nada yg halus. Sehingga hati si pembaca nggak tersinggung, dan bakal ngebales pertanyaan itu dengan bahasa yg lembut. Tapi kalo yg baca mood-nya lagi ancur, misal pas lagi PMS, atau yg baca abis ngambil rapor dengan nilai merah semua, pertanyaan di atas bakal dibaca dengan nada tinggi seakan-akan tulisan itu menginterogasi si pembaca dengan kasar. Endingnya? Dia bakal bales:
 
"MAU TAU MULU URUSAN ORANG! GUE JUGA PUNYA HIDUP SENDIRI, SU..!"
 
Yup.. That's why I don't like chatting by texts.
 
- Sering Curigaan 
"Aku sih percaya orangnya, tapi aku nggak percaya sama lingkungannya."
Sebagian besar pelaku LDR pasti punya ketakutan atau kekhawatiran akan terjadinya perselingkuhan yg dilakukan oleh pasangan. Soalnya orang itu nyadar, saat dia nggak ada di sekitar pasangannya, pasangannya bakal nyari siapapun yg ada di dekatnya untuk menemani atau sekedar berbagi. Masalahnya, kalo temennya berbagi itu baik, dia nggak bakal aneh-aneh. Sayangnya, hari gini jarang banget ditemuin orang yg mau diajak berbagi tanpa menyimpan keinginan untuk memiliki.
 
Dan salah satu kalimat yg paling bikin orang LDRan makin resah karena jauh sama pasangan adalah: "Lingkungan bisa mengubah kepribadian." Ya.. Sebaik apapun dia di mata lo, semanis apapun dia di depan lo, saat dia udah bareng temen-temen yg nggak ngedukung hubungan kalian, pelan-pelan juga dia bakal terpengaruh untuk memudarkan perasaan. So, daripada curigaan, mending lo perhatiin juga lingkungan dia. Jauhin si dia dari lingkungan yg nggak mendukung hubungan kalian.
 
- Sering Berlebihan 
Gue pernah bilang, "Jarak itu seperti kaca pembesar". Apapun yg kita rasain, biasanya bakal terasa lebih menggebu-gebu. Nggak heran kalo pasangan yg LDR itu lebih sering nangis dibandingkan pasangan yang pacaran secara biasa. Kenapa? Karena pas rindu menggebu-gebu, pasangan LDR nggak bisa segera ketemu dan ngehapus siksaan rindu. Pas cemburu buta melanda, pasangan LDR nggak bisa segera ketemu kekasihnya, dan menanyakan tentang kecurigaannya. Endingnya ya cuma bisa nyesek di dada. Dan gue ngerti banget, perasaan semacam ini sangatlah menyiksa.
 
- Mahal 
Siapa bilang LDR itu termasuk jenis pacaran yg murah? Mentang-mentang jarang ngedate, dinner atau jalan bareng, terus dipikir LDR itu jenis pacaran yg hemat duit gitu?
 
 
 
Di mata gue, LDR itu justru termasuk jenis pacaran yg relatif mahal. Di mana mau ngomong sama pacar aja kudu bayar tarif tiap menitnya karena ngobrolnya via telpon. Mau ngeliat muka pacar aja kudu bayar tarif internet tiap MB-nya karena ngobrolnya via video call internet. Mau nyentuh pacar dan dinner bareng aja, kudu bayar duit transport karena jarak yg cukup jauh nggak bakal bisa ditempuh dengan jalan kaki. Kecuali kalo nekat dan siap ngeliat betisnya jadi segede tabung elpiji.
 
So, ada yg masih mau bilang LDR itu termasuk jenis pacaran yg murah? Gue setuju asal pas LDR-an itu nggak pernah telponan, skype-an dan ketemuan. :)))
 
Oke, dengan berpedoman pada sila ke 5 dari Pancasila, biar adil nih.. Setelah gue jabarin kekurangan LDR, gue juga jabarin kelebihan dari LDR. Here they are!
 
 
Kelebihan LDR:
 
Gue nggak ngerti.
.
..
...
 
Yup! Sekian sharing gue soal LDR. Gue harap kalian bisa menyikapi postingan ini secara positif. Kalo ngerasa bahagia dengan LDR-annya, ya silakan diceritain ke kita-kita. Semoga yg lagi ngalamin LDR bisa makin kuat imannya buat mempertahankan hubungannya. Dan semoga yg udah pernah ngalamin gagal LDR nggak cuma manggut-manggut aja, tapi diambil pelajarannya. Yap.. A relationship could be either history or victory. Your job is to decide it.

Rabu, 30 Juli 2014

Dia PHP, atau lo yang ngarep?






Jadi kemaren gue ketemu temen yg tiba-tiba curhat, katanya dia jadi korban PHP. Buat yg belum tau apa itu PHP, gue jelasin aja kalau PHP itu kepanjangan dari Pemberi Harapan Palsu. Nah, Temen gue ini sedih banget.. Dia bilang kalau dia abis jadi korban cewek yg PHP. Gue penasaran, kenapa dia bisa nyebut cewek itu PHP.. Ternyata dia bilang, tuh cewek udah deket sama temen gue tadi.. Dan disaat lagi deket-deketnya, tuh cewek menghilang dan jauh gitu aja. Dari situ, gue mulai paham konsep PHP. Gue kirain kemaren, PHP itu "Pamer Harta Papi"

Tapi kalau ngeliat kasus dilapangan, banyak banget orang-orang/muda-mudi diluar sana yg suka bilang,


"Gue abis di-PHP-in sama dia!"
"Dasar cewek PHP!!!"
"Kemaren ngefollow gue, sekarang gue di unfollow. Dasar PHP!!!"

Nampaknya konsep PHP sendiri sudah mulai bergeser. Gue ngeliat PHP disini malah bukan lagi karena satu pihak emang mau ngasih harapan palsu, tapi pihak yg menganggap dirinya sendiri sebagai korbanlah yg sebenernya kege'eran duluan. Sehingga, saat pihak pertama mencoba biasa-biasa aja, padahal pihak kedua udah jatuh cinta. Pihak pertama bakal dituduh nggak peka dan ngasih harapan palsu. Kasihan? Emang..

Jadi, disini mari kita coba meluruskan dulu.. Mana yg layak disebut PHP, dan mana yg cuma kege'eran semata.

1. Orang yg lagi jatuh cinta, level Ge'eR-nya bisa sampe berjuta-juta
 
Yup! Harus diakui kalau kita lagi jatuh cinta, kita pasti bakal ngerasa serba Ge'eR atas kelakuan dari orang yg kita taksir. Misalnya dia update status di BBM:
 
"Gak sabar nunggu hari senin, biar bisa ketemu kamu.."
 
Karena lo udah naksir sama dia, pasti lo berharap (atau mungkin udah menganggap) kalau tuh status update dia buat lo, sehingga lo merasa #AdaHarapan
 
Atau, suatu hari kalian lagi ikut pelajaran olah raga dan dia ngelihat lo kelelahan, nawarin minuman dingin karena kasihan.
 
Tapi karena lo udah naksir sama dia, perlakuan dia bakal bikin lo ngerasa #AdaHarapan
 
2. Bedakan kebaikan dengan harapan
 
Nah, ini kasusnya sih hampir sama kayak point pertama diatas. Orang baik emang adorable.. Tapi orang baik ke elo, bukan berarti dia cinta sama lo. Misalnya gini, suatu hari ada anak baru di sekolah lo yg lumayan cakep. Otomatis, dia belum punya temen dan kebetulan dia duduk semeja sama lo.
 
Terus karena lo temen pertama dia, dia bakal selalu bareng sama lo dan bakal baik-baikin lo. Mungkin lo bakal sering dibeliin jajan di kantin, di isiin pulsa, di isiin bensin, atau mungkin...dibeliin deodorant (Ternyata lo bau ketek).
 
Sampe akhirnya seseorang tiba-tiba masuk ke kehidupan lo terus baik sama lo, padahal niat dia itu cuma pengen silaturahmi, punya temen baru, atau malah nyari sahabat. Tapi kadang kebaikannya lo tanggepin secara berlebihan karena lo udah terlanjur naksir sama dia.
 
Contoh simpelnya, dia mau nganterin lo beli baju di mall dengan niat cuma nemenin lo doang. Tapi waktu balik dari Mall, lo bilang makasih ke dia dan ngasih ciuman di pipi dia.
 
Contoh lainnya, lo lagi sakit dia bawain lo buah dan obat, biar lo cepet sembuh. Padahal niat dia kalau lo sembuh, dia pengen nyontek tugas lo. Dan itu dia lakukan atas nama persahabatan. Tapi karena lo udah naksir duluan, lo menganggapnya sebagai harapan dan lagi-lagi lo ngerespon kebaikan dia secara berlebihan.
 
Sampe akhirnya dia ngerasa nggak nyaman karena dia nggak mau ada hubungan yg lebih dari pertemanan sama lo. Dia pun mencoba menjaga jarak, dan mungkin pergi. Disitu lo mau bilang dia PHP? Bukan.. Itu lo yg terlalu gampang naksir sama orang.
 
4. Bukan mau PDKT-in lo
 
Nah, kasus ini pernah gue lihat sebelumnya di lingkungan gue. Jadi, ada temen gue ngomel-ngomel karena dia ngaku abis di-PHP-in seorang cewek. Katanya tuh cewek dulu sering ngehubungin dia, SMS dia, sering ngajak dia keluar, tapi endingnya tuh cewek jadian sama sahabat dia. Sakitnya tuh disini! *nunjuk lobang pantat*
 
Tapi pas gue nanya, "Tuh cewek kalau SMS/nelfon lo suka ngobrolin apa aja?"
 
Temen gue jawab,
 
"Suka nanyain ntar malem ada acara nggak, mau jalan bareng nggak? Ajakin Dimas ya.."
 
"Selain itu?" Gue penasaran.
 
"Kadang tuh cewek ngajakin gue dinner, dan dia minta saran gue ngajakin si Dimas.."
 
Sampe disini, gue sadar.. Tuh cewek bukanlah seorang PHP. Dari awal dia deketin temen gue, dia emang punya niat buat PDKT. Tapi bukan sama temen gue, melainkan ke Dimas, sohibnya temen gue itu. Dan kalau temen gue itu sakit hati gara-gara tuh cewek endingnya jadian sama Dimas, ya nggak boleh bilang tuh cewek PHP dong.. Itu sih gara-gara temen gue ini emang naksir sama tuh cewek, sampe-sampe dia nggak bisa berfikir secara sehat kalau tuh cewek lebih sering nanyain si Dimas daripada nanyain dia. Kasihan..
 
5. The Real PHP
 
Disini, gue mau ngasih liat ciri-ciri orang yg bener-bener layak dikatakan PHP. So, kalau ketemu kasus kayak dibawah ini, halal hukumnya kalau dia dikatain PHP.
 
- Suka manggil sayang-sayang.
Nah, hati-hati sama orang yg kayak gini. Kalau misalnya kalian baru kenal dan belum jadian, tapi dia udah manggil-manggil kamu dengan panggilan "Sayang", waspada aja. Kalau suatu saat dia tiba-tiba pergi, itu baru namanya PHP. Karena panggilan "Sayang" itu punya makna tersendiri bagi sebagian orang. Buat orang yg nggak ge'er-an pun bakal jadi ge'er kalau udah dipanggil "Sayang" sama seseorang yg dia suka kan?
 
- Suka pake emoticon monyong.
Ini juga patut diwaspadai kalau lo lagi BBMan sama seseorang yg lagi deket sama lo. Belum jadian udah berani pake emoticon cium-cium, mendandakan kalau dia lagi mancing lo biar lo juga make emoticon yg sama, lalu lo ngasih lampu hijau. Dan kalau dia endingnya ngilang gitu aja tanpa dilanjutin PDKT-nya, itu lah wujud dari PHP.. Santet aja ~
 
- Suka ngegombal romantis.
Kalau lo lagi deket sama seseorang dan dia suka ngeluarin kalimat-kalimat "Maut" buat lo sehingga lo kelepek-kelepek karena terpesona, artinya dia emang udah ngasih harapan. Palsu atau nggak harapannya, tergantung.. Dia ngilang atau lanjut sama lo.
 
- Hukuman buat pelaku PHP.
Di iket dan dijemur di Monas. Masukin lintah ke sempaknya, biarin tititnya lemes karena Anemia.
 
Nggak lah, bercanda.. Kita nggak boleh membalas kekejaman dengan kekejaman. Balaslah kekejaman dengan senyuman, karena senyum yg tulus itu senjata paling ampuh untuk membuat orang yg bersalah sama lo merasa malu pada diri sendiri seumur hidupnya. Percayalah..
 
Dan berikut ini adalah beberapa kumpulan tweet gue mengenai PHP. Semoga nge-JLEB! :p
 









 

 
So.. Intinya adalah, nggak semua asumsi kalian mengenai PHP itu benar adanya. Mungkin sebagian dari kalian mengalami/menjadi korban sakit hati karena kalian udah kege'eran duluan gara-gara kebaikan dia. Jadi, sebelum nuduh orang PHP-in lo, plis introspeksi diri dulu.. Apakah yg dia lakukan ke elo dulu-dulu itu termasuk "Harapan" atau cuma "Kebaikan"? Buat yg suka genit juga hati-hati.. Mungkin lo gak niat PHP, tapi kalau kegenitan lo udah diambang batas, bisa aja bikin anak orang Ge'eR.. Dan berujung sakit hati saat lo mulai menjaga jarak dari dia.
 
Dengan fakta-fakta diatas, kalau nggak mau jadi korban PHP, satu-satunya hal yg harus lo lakuin adalah, jangan cepet Ge'eR atau kepedean dulu. Kalau di malem minggu ini lo jalan sama seseorang yg lo anggep kencan, belum tentu loh buat dia hal itu dianggep kencan juga~ Bisa aja itu dia anggep jalan-jalan biasa. Hayoloh.. Udah, pulang aja sekarang sebelum sakit hati.. Pulang sekarang, daripada nanti nangis di angkot gara-gara ditinggalin dia di tengah jalan.
 
#PenghasutanMassal
#JombloNyariTemen

Minggu, 20 Juli 2014

Alasan-Alasan Orang Pas Kalah ngeGame

Pernah nggak kalian punya temen ya kalo pas kalian lagi asik main game, tuh orang berisik banget sok ngajarin gitu? Terus, pas kalian nyuruh dia nyoba sendiri, ternyata permainan dia lebih payah dari kalian?

Nah, gue sering banget ngalamin hal kayak gini. Dan dari situ, gue mau ngebahas soal alasan-alasan orang yg kalah pas main game. Mungkin beberapa alasan berikut adalah alasan yg pernah kalian pake juga. Penasaran? Cekidot!

1. Mousenya nggak enak

"Payah lo! Lo pake hero Killer, gue pake hero Support, masa menang gue?"
"Aduh.. Bukan masalah heronya.. Mouse gue nggak enak!"
"Kalau mau enak, tambahin selai coklat, terus dipanggang di oven 15 menit!"
"......"

Ini adalah alasan paling klasik yg sering gue denger dari orang yg kalah pas main game. Nyalahin mouse, nyalahin kabel, atau nyalahin tukang sayur yg lewat depan rumah. Emang kalau orang mental pecundang, dia nggak mau disalahin atas kekurangannya sih. Sukanya nyari-nyari kambing hitam biar dirinya terlihat sempurna tanpa kekurangan. Kasihan.


2. Jagoan menang belakangan

"Ah.. Masa baru menit ke 15, lo udah mati 24 kali."
"Tenang.. Tenang.. Sante aja.. Jagoan emang gitu, bakal menang belakangan."

Gue geli tiap kali denger alesan kalah semacam ini. Jagoan bakal menang belakangan? Tapi dicoba sampe pertandingan abis, tetep nggak menang-menang juga. Mungkin 'memang belakangan' menurut dia itu adalah dia bakal menang di saat dia ngelawan orang yg udah ketiduran.

3. Buat nyenengin lo dulu sih

"Bah payah! Masa kalah 3-0 gini lo?!"
"Haha sengaja kok.. Ini buat nyenengin lo dulu."
"Gue udah biasa seneng nih.. Bikin gue sedih dong, buruan!"
"........'

Alesan "Buat nyenengin lo dulu" adalah alesan yg lumayan sering gue denger.
Seakan-akan tuh orang jago banget mainnya. Tapi giliran udah main lima kali, dia tetep nggak menang-menang juga. Gue sih berfikir positif aja. Kalau niat dia main buat nyenengin gue mulu, gapapa deh.. Orang ngegame kan yg dicari menangnya. Kalau gue menang terus, ya gue seneng terus. Uhuy! :D

4. Males kalau nggak ada taruhannya

Kadang gue juga nemuin orang yg kalah ngegame dan alesannya,

"Gue nggak semangat kalau nggak ada taruhannya nih..Berasa buang-buang waktu dan tenaga doang."

Tapi tiap tuh orang gue tantangin "Oke, yg kalah jadi JOMBLO setahun.."

Tuh orang nggak berani. Bener-bener mental tapir.

5. Hero Lo Kan Lebih Bagus

Ada juga orang yg pas ngegame, sengaja make hero yg nggak keren, level bawah. Biar kalau dia kalah, dia nggak bakal ngerasa malu-malu banget. Jadi, gue pernah main DotA sama temen. Gue make hero Killer, eh.. Dia make hero Support. Yah.. Seperti sudah ditebak tadi. Pas dia kalah, dia ngelesnya bilang heronya gak oke. Padahal gue juga nggak ngelarang kalau dia mau make hero Killer. -______-"

6. Kepikiran Tugas

Hmm.. Ini adalah alasan paling kreatif, canggih dan inovatif. Dan gue adalah orang yg sering make ini alesan kalau lagi kalah pas main game. Susah dipungkiri, yg namanya main game itu butuh konsentrasi. Kalau konsentrasi pecah gara-gara mikirin tugas, gimana kita bisa konsen ngegame?! Mhihihihihi.. Jadi, menurut gue alesan nomer 6 ini adalah alesan yg paling logis.

This is the end of the post.. Kalau kalian punya alasan kalah ngegame lain, tulis di comment box ya! Thank you :D

Sabtu, 12 Juli 2014

Curhatan Cinta Penjual Nasi Goreng

Oke, kenapa tiba tiba gue ngomongin soal tukang nasi goreng?
 
Jadi gini ceritanya, jaman dulu tiap malem ada tukang nasi goreng GaHoeLz yg suka lewat depan rumah. Cuman, ini tukang nasi goreng lumayan tengil gitu. Ketengilannya berciri khas berikut :

1. Kalau tukang nasi goreng lain pada mukul kentongan "tuk..tuktuk..tuk.." doang.. Kalo dia, mukul kentongannya "tuk..tektek..dung jezz!". Sumpah, ini gak ngarang. Kadang susah juga bedain itu tukang nasi goreng sama Topeng monyet keliling. 

2. Kalau tukang nasi goreng lain begitu dipanggil langsung belok ke rumah. Nah, kalau dia dipanggil malah jawab "Mau makan boy?" gue jawab "iyaaa!!". Dia bakal jawab lagi "Beneran mau makan nih? Yakin?!". Entah kenapa pertanyaan dia itu melukiskan keraguan bahwa gue bakal bayar nasi goreng dia pake dispenser.. kalau gue lagi bete, gue jawab "Enggak.. gue suruh nguras WC!!"

3. Kalau tukang nasi goreng lain di gerobaknya cuma ada tulisan semacam "Nasi goreng Madura" atau "Nasi goreng spesial". Nah! Kalau di gerobak dia, ada semacam spanduk gitu , bertuliskan :

-Cafe Effendy-
 
Sedia :
Nasi goreng biasa
Nasi goreng spesial
Nasi goreng kambing
Nasi goreng Ati
Capcay

Yap, meskipun tulisannya kayak di atas, kalau gue tanya "Nasi goreng ati-nya ada?" dia bakal jawab "abis boy..".
"Kalo nasi goreng kambingnya?"
"Abis Juga boy!"
"Capcay?"
"Hari ini ga belanja sayuran boy.."
"Udah deh.. intinya yg ada apa nih?" *putus asa*
"Nasi goreng biasa boy.."
*Gue masuk rumah, ngambil gergaji mesin*

Nah, karena hampir tiap hari gue beli makan ke dia, lama kelamaan hubungan kami semakin akrab. Ya.. ceritanya kayak di sinetron-sinetron gitu deh.. Seorang penjual nasi goreng, suka sama cewek cantik anak orang kaya. Karena keteguhan hati & kesederhanaannya, lama-lama cewek anak orang kaya itu pun suka sama tukang nasi goreng keliling itu. Tapi sayangnya Gue cowok.

Karena udah mulai akrab, kadang dia suka numpang main di rumah gue. Pernah juga dia minjem Sepeda gue buat dipake jalan-jalan. Dia bilang,

"Pinjem sepedanya ya boy? Sante.. itu saya bawain gerobak saya buat jaminan."

Dalem hati gue "Buset! Gimana ceritanya sepeda dituker sama gerobak nasi goreng gini?!"
Yap, karena gue tipe orang yg gampang percaya.. gue kasih deh tuh sepeda. Nyenengin orang kan pahalanya gede.

Suatu ketika, entah lagi galau atau apa dia tiba-tiba cerita-cerita gitu sama gue pas gue lagi makan nasi gorengnya. " Boy.. Cara ngedeketin orang yg kita suka tuh gimana sih?"

*Jeger!!!*

Seketika gue kaget banget sampe-sampe ada nasi goreng keluar dari idung gue.

"Kenapa dia nanya gituan sama gue?"
"Apa dia ga tau kalo gue ini Tuna Asmara Lumutan?!"
"atau jangan-jangan dia suka sama gue?!"
Oke, gue mulai galau.


Akhirnya dengan sabar gue nanya "Emang lo lagi suka sama cewek gitu?"
"Iya boy.." Jawab dia
"Bentar.. yg lo sukain BENER BENER CEWEK KAN?!" *Gue mulai panik*
"IYAAA!!!!"
"Oke.. Nah, kalian udah seberapa deket? Udah muali ngedate?"
"Hmm.. Belom sih. Emangnya Ngedet apaan sih boy?"
*Glodak!*
"Kencaaann! udah pernah kencan belom?" #GueEmosi
"Belom boy.. belom pernah ngapa-ngapainin. Cuma sering ketemu di pasar kalau lagi belanja aja."
"Oke.. Kalau gitu deketin dengan cara pelan tapi pasti." Kata gue dengan nada bijak.

"Maksutnya? deketin & minta nomer hape?" Dia mulai penasaran.

"Ya gak boleh langsung gitu dong. Sapa aja dulu tiap pagi kalo ketemu. Liat dulu dia ngebales sapaan lo apa nggak.. Kalau kayaknya positif, baru deh boleh lo ajakin kenalan. Kalau udah kenal, tunggu beberapa hari sampe kalian lumayan akrab, baru deh minta nomer hape. Biar bau buaya darat lo gak kecium sama dia hehehe"
"Oke boy.. Makasih sarannya ya!". Malem itu, dia pergi dari rumah gue dengan semangat sambil mukulin Tanjidor kelilingnya.

Seminggu kemudian, dia lapor ke gue kalau udah megang nomer hape tuh cewek. Dia nanya "mau diapain tuh nomer hape?" gue jawab "isiin pulsa 20rb/hari!". Enggak.. Enggak.. Gue suruh dia buat intens SMS itu cewek tapi gak sering-sering, sehari sekali aja. Misalnya pagi hari setelah dari pasar, bilang deh "Pakaian kamu di pasar tadi bagus.."

"Jangan boy.. Dia kalau ke pasar cuma pake daster doang. Ntar dikira saya ngejek!" Protes dia..

"Oh baiklah!" Gue lupa kalau gebetan dia pembokat.

"Kalau gitu SMS-in aja kata-kata yg bisa bikin dia semangat kerja. Simple sih.. Tapi kalau lo ngelakuin itu secara rutin, maka dia bakal ngerasain sebuah kebiasaan lalu berubah jadi ketergantungan kalau seandainya sehari aja gak lo SMS." Saran gue..

"Oke boy.. Saya coba dulu yaaa." Lagi-lagi dia pergi dari rumah gue dengan penuh semangat.

Dua minggu kemudian, itu tukang nasi goreng ngasih kabar yg heboh! Dia bilang kalau dia udah jadian sama itu cewek. Dia seneng banget.. Dia pamerin ke gue "Boy.. Punya pacar itu enak loh.. Tiap capek ada yg ngehibur, tiap kesepian ada yg nemenin.. Tiap lagi...... *PLAK!!!*"

Gue tabok dia pake tabung Elpiji. Dia Tewas Sesak napas karena tabung elpiji masuk ke lobang hidungnya. *Oke, ini lebay..*

Gue kesel! Kenapa tukang nasi goreng keliling aja bisa dapet cewek berkat nasehat-nasehat dari gue. Sedangkan gue sendiri enggak?! Kenapa?? KENAPAAA??!!!


*Makan nasi goreng di rel*