Haloh teman-teman..
Berhubung ini hari
minggu, gue nyoba bikin cerpen buat nemenin KALIAN, iya.. KALIAN yang
jomblo dan lagi bete karena di rumah aja, nggak bisa ke mana-mana. Baek
kan gue?! Sebenernya nih cerpen garis besarnya udah pernah gue tweetin,
tapi kali ini gue kembangin dan gue perhalus aja karena medianya lebih
lebar. Nggak kepatok sama 140 karakter lagi. :D
Ya udah, berhubung nih postingan bakal full berisi tulisan, mending langsung kita mulai aja yak cerpennya.. CEKIDOT!
===================================================
Pagi itu Supri berangkat
sekolah sambil membawa nampan berisi gorengan yang dia masak dari
subuh. Dengan riang gembira dia melangkah menuju sekolah. Supri kecil
sudah hidup sebatang kara. Ibunya meninggal saat melahirkannya,
sedangkan ayahnya meninggal saat dilahirkan.
Supri berjualan gorengan
demi menafkahi diri dan membayar sekolahnya. Teman-temannya ada yang
mensupportnya, ada juga yang menghinanya. Tapi buat Supri, dia nggak
bakal ngedengerin komentar pedas orang-orang yang tak pernah memberinya
nasi. Supri sudah terbiasa hidup sendiri, itulah kenapa dia tak mudah
untuk diintimidasi. Supri dulunya tinggal di panti Asuhan sampe umurnya 6
tahun. Lalu dia mulai belajar hidup mandiri dan tinggal di rumahnya
yang dulu dengan bekal ilmu mengurus diri yang diajarkan di panti
asuhan.
Memang manusia harus
bisa menyaring perkataan orang lain kalo mau kehidupannya maju. Terlalu
banyak mendengarkan omongan orang, akan menggiring kita menjadi sesuatu
yang jauh dari jati diri kita sendiri, alhasil kita cuma jadi "wayang"
yang dikendalikan omongan orang. Orang yang terlalu sering ngedengerin
omongan orang lain daripada dengerin isi hati sendiri itu biasanya
orang-orang yang diperbudak gengsi. Ya, dia lebih peduli sama apa yang
dilihat orang lain, daripada apa yang dia rasakan dan jalani.
Suatu hari, Supri pernah
di-bully oleh kakak-kakak kelasnya di SD. Saat dia berjualan, para
berandalan itu mencicipi gorengannya satu-satu. Mereka gigitin satu-satu
gorengan itu, lalu dibalikin ke nampan sambil bilang, "Ah.. gorengan lo gak enak! Males beli ah!!".
Supri hanya bisa terdiam, sambil doain para berandalan itu mengalami
sariawan di pantat. Supri tak mau marah, karena baginya amarah tak akan
mampu menyelesaikan masalah, justru akan membuat masalah jadi lebih
parah. Saat itu, ada seorang cewek yang merhatiin Supri sambil tersenyum
penuh haru dari kejauhan.
Saat SMP, Supri mencoba
untuk make strategi lain dalam berjualan gorengan. Dia menitipkan
gorengannya di kantin sekolah dengan pembagian hasil 75%:25%. Dan setiap
kali dia pulang sekolah, dia mengambil uang hasil penjualan gorengan
dari kantin. Anehnya, setiap mengambil duit dan nampan wadah
gorengannya, selalu ada 10 gorengan tersisa. Padahal dari jumlah uang
yang dia terima, harusnya gorengannya habis semua. Supri bingung dong..
Terus Supri nanya ke mbak-mbak kantin, "Ini uangnya kebanyakan ya mbak? Gorenganku masih nyisa tuh?"
Mbak kantin cuma jawab, "Iya.. Tadi ada yang beli, udah bayar, tapi nggak jadi ngambil gorengannya.. Ndak tau.. mungkin dia buru-buru". Anehnya, hal itu terjadi berulang kali.
Memasuki jenjang SMA,
Supri masih berjualan gorengan. Tapi caranya udah beda. Walaupun jualan
gorengan, dia tetap mengikuti zaman. Kalo dulu dia jualan gorengan di
kelas, sekarang dia jualan gorengan via instagram. Jadi tiap ada orang
upload foto makanan di instagram, Supri bakal ngasih komen: "Cek IG aku ya kak.. Ada gorengan gurih dan lezat buat nemenin kamu makan hari ini.. :)"
Gorengan si Supri
variatif. Ada Rainbow Gorengan, Cupcake Goreng, Eskrim Goreng, dan Donat
Goreng. Tentunya dengan menu sevariatif dan seunik itu, dagangan supri
jadi laris banget dong.
Dalam bisnisnya, Supri
mendapatkan banyak sekali pelanggan tetap. Tapi di antaran
pelanggan-pelanggan itu, ada satu pelanggan yang cukup aneh sikapnya.
Pelanggan itu bernama Ningsih. Akun instagramnya @NingCih_CutezZz. Tuh
cewek suka mesen gorengan yang ada di Instagram Supri via SMS. "Halo.. Aku pesen Rainbow Gorengan 20 ribu ya.. Uangnya udah aku transfer via Paypal."
Kenapa via Paypal?
Karena Ningsih tinggal di Amsterdam. Saat Supri minta alamat Ningsih
untuk mengirimkan gorengannya via FedEx, Ningsih selalu menolak. Jawaban
Ningsih selalu begini,
"Ndak usah dikirim.. Itu aku beli buat kamu kok.. Aku cuma mau mastiin kamu ndak kelaperan hari ini.."
Sebenernya Supri lumayan
bingung dengan sikap Ningsih, tapi dia mencoba untuk tidak begitu
memikirkan siapa Ningsih sebenarnya. Karena Supri percaya: Orang baik, pasti akan dipertemukan dengan orang baik. Supri kembali fokus kepada kerjaannya.
Hari-hari berlalu, bulan
dan tahun berganti. Saat lulus SMA Supri tetap sibuk mengurusi
pekerjaannya, dan Ningsih tetap rutin ngorder gorengannya sambil bilang,
"Ndak usah dikirim.. Itu aku beliin buat kamu kok.. Aku cuma mau mastiin kamu ndak kelaperan hari ini.."
Lama-lama, usaha si
Supri makin maju. Omzet dari jualan gorengannya udah milliaran.
Instagram Supri isinya bukan cuma gorengan lagi. Tapi lebih banyak pamer
foto dia jalan-jalan ke luar negeri, koleksi mobil-mobil mewahnya, dan
rumahnya yang luar biasa besarnya. Rumah itu terlalu besar untuk
ditinggali sendirian. Ruang tamu 10 hektar, Ruang tidur 2 hektar, dan TV
14 inch. Dengan begitu, untuk jalan dari ruang tamu sampe ke dapur,
pembantunya terpaksa harus naik metromini.
Tampaknya Supri mulai
lupa bagaimana kehidupan masa lalunya. Apa yang dia lakukan sekarang
cuma sekedar mengejar kesenangannya. Hilang sosok Supri yang sederhana.
Yang muncul sekarang adalah sosok yang sedang "balas dendam" kepada
kejamnya hidup di masa lalu. Tapi mengejar kesenangan pun ada titik
jenuhnya. Titik jenuh itu datang saat semua terasa hambar dan sia-sia.
Tak ada lagi makanan yang terasa enak, karena sudah terbiasa makan enak.
Tak ada lagi rasa syukur, karena hampir lupa rasanya hidup kekurangan.
Semua kemewahan itu benar-benar jadi pemicu kehambaran. Pemicu
kehambaran hidup terbesar adalah saat kita tak punya lagi tujuan hidup.
Saat rasa hambar
menyapa, Supri teringat kebahagiaan-kebahagian kecil yang dia dapatkan
setiap harinya dulu. Ya, kebahagiaan itu adalah kalimat "Aku cuma mau mastiin kamu nggak kelaperan hari ini".
Dia baru ingat, bagian itu sudah tak ada lagi semenjak Supri terhanyut
dalam kesenangan dan kemewahannya. Supri baru sadar bahwa ada bagian
paling berharga di masa lalunya yang sudah menghilang. Sekecil apapun
sebuah perhatian, kalo hal itu rutin dilakukan, pasti akan berubah
menjadi candu bagi orang yang dikasih perhatian.
Supri mencoba mencari
Ningsih. Dia stalking instagram ningsih. Tapi di sana cuma ada foto-foto
gorengan. Tidak ada foto wajah Ningsih. Supri bingung, dia tak tau
bagaimana dia menemukan orang yang dia tak tau bagaimana wujudnya. Uang
sebesar apapun tak akan mampu membantu Supri menemukan Ningsih. Ternyata
perasaan semacam itu ada ya? Bagaimana mungkin orang bisa merasa
kehilangan, sesuatu yang belum pernah dia miliki? Itulah manusia. Penuh
dengan perasaan tak terduga.
Berbulan-bulan Supri
mencoba mencari tau di mana Ningsih, tapi tak ada hasil. Nomor Ningsih
yang biasanya dipake untuk mesen Gorengan pun tak bisa dihubungi. Kata
operatornya, nomor itu sudah tak terdaftar. Supri merasa hidupnya
semakin kehilangan warna. Segala kemewahannya hanyalah penghasil tawa,
bukan bahagia. Tawa bisa hilang dalam hitungan detik. Tapi rasa bahagia
tak akan hilang ketika diingat, karena akan selalu terasa menggelitik.
Saat Supri mulai putus
asa terhadap pencariannya, Supri mencoba melakukan hal nekat. Dia ingin
kembali menjadi dia yang dulu. Dengan begitu, dia berharap hidupnya
kembali berwarna karena dia bisa merasakan lagi susahnya merintis
karier. Merasakan lagi kelaparan karena uang pas-pasan. Dan mengalami
lagi sebuah "petualangan", bukan hanya sekedar kesenangan. Dia jual
semua benda mewah yang dia miliki. Rumah, Mobil, segalanya dia jual,
lalu uangnya dia sumbangkan ke Panti asuhan tempat di mana dia pernah
tinggal selama balita.
Praktis, Supri sudah tak
punya apa-apa. Tapi yang jelas, Supri kembali punya tujuan hidup. Ada
sedikit uang yang tersisa. Uang itu dia gunakan bukan untuk jualan
gorengan lagi. Dia ingin mencoba usaha baru, jualan parfum. Kenapa Supri
tak mau jualan gorengan lagi? Karena Supri sudah sukses di bidang itu.
Dia tak mau melakukan hal yang sama, petualangan yang sama dan
kesuksesan yang sama. Yap, kadang manusia tidak mutlak membutuhkan uang,
manusia itu selalu punya jiwa petualang. Di mana uang hanya jadi
sarana, jadi pilihan yang paling tepat untuk bisa menikmati hidup itu
adalah dengan memiliki uang secukupnya, bukan sebanyak-banyaknya. Karena
semakin banyak uang yang dimiliki, maka semakin banyak pilihan hidup
yang bisa dipenuhi. Di titik itu, rasa hambar akan kembali menghampiri.
Supri jualan parfum via
web pribadi dan twitter. Dia berjualan seperti dulu, dengan harapan dia
bisa merasakan indahnya meniti karier seperti waktu itu. Suatu sore,
Supri mendapatkan orderan parfum via SMS, "Mas, aku pesan parfum Hugo Boss Trully Bossy ya.."
Supri pun menjawab, "Oke Bro.. Nanti setelah anda transfer, barang akan saya kirim.."
Pembeli itu membalas lagi, "Kok bro? Saya cewek loh.. hehe."
Supri buru-buru minta maaf, "Maaf, mbak.. Saya kira anda cowok.. soalnya itu parfum untuk cowok.. Maaf.."
SMS itu berbalas lagi, "Haha..
Gapapa.. Uangnya sudah aku transfer sesuai prosedur yang kamu tulis di
web. Parfumnya gak perlu dikirim.. Aku cuma mau mastiin, kamu wangi hari
ini.. Saat ketemu aku nanti. ;)"
Balasan SMS itu membuat senyum simpul penuh kebahagiaan yang sudah lama tak muncul di bibir Supri. Supri pun menjawab, "Terima kasih ya.. Dari kamu aku jadi belajar: Hidup tanpa punya apa-apa emang pedih, tapi lebih pedih lagi kalo hidup tanpa punya siapa-siapa,Ningsih. :)"
-TAMAT-
===================================================
Yap! Segitu dulu aja
ya.. Semoga ada pelajaran berharga yang bisa kalian petik di sana. Gue
capek ngetik mulu dari tadi.. Puasa nih, aus.. Sekarang gue mau bobo dulu. Badan
tiba-tiba capek karena dipake mikir dari tadi.. Jadi, hari minggu ini
gue nggak keluar rumah dulu deh.. Dadah!
Any
comment? Feedback? Ngerasa pernah senasib sama Supri? Yang paling
penting, APA PELAJARAN YANG KALIAN DAPETIN DARI POSTINGAN INI? Silakan
tulis di comment box ya! Happy weekend! :D
Bagus pang cerpen lo..
BalasHapusBikin lagi dong yg banyak, masa cuma satu sih ;D
itu ada banyak kok. coba di cek lagi :)
Hapus